Rabu, 04 Juni 2014

MY LITTLE WORLD



MY LITTLE WORLD

Rabu, 28 Juni 1995 adalah hari dimana saya dilahirkan di dunia ini. Saya lahir dari rahim seorang perempuan yang kini aku panggil ibu. Aku lahir dari seorang ayah bernama Zubaedi dan seorang ibu bernama Siti Munjabah. Mereka memberi saya sebuah nama yang bagus sekaligus do’a yaitu Muhibatul Khusna yang artinya cinta kebaikan (Aamiin..). Saya sering dipanggil Khusna, namun lebih akrab dipanggil Nana. Saya adalah anak pertama dari dua bersaudara, saya mempunyai adik laki-laki yang cerdas  bernama In’am Birrohmatillah yang lahir 12 tahun lalu pada tanggal 7 April 2002, sekarang dia duduk di kelas VI Madrasah Ibtida’iyah Assalafiyah Timbangreja yang baru saja selesai ujian satu minggu yang lalu. Saya hidup dan tumbuh dalam keluarga yang sederhana namun kaya akan kebahagiaan. Ayah saya berumur 50 tahun, beliau adalah seorang penjahit sedangkan ibu saya berumur 42 tahun yang kesehariannya mengajar di MDA (Madrasah Diniyah Awaliyah). Saya dan keluarga saya hidup di sebuah kota yang terkenal dengan logat bahasanya yang medok yaitu kota Tegal, tepatnya di desa Timbangreja kecamatan Lebaksiu. 

Riwayat Pendidikan
Riwayat pendidikan saya dimulai dari bangku sekolah dasar. Saya sekolah disatu-satunya madrasah yang berada di desa saya yaitu MI Assalafiyah Timbangreja.  Setelah belajar selama 6 tahun di MI Assalafiyah Timbangreja, pada tahun 2007 saya dinyatakan lulus dengan prestasi yang cukup membanggakan. Kemudian saya melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi yaitu ke jenjang menengah pertama. Disitulah saya dalam keadaan bingung untuk menentukan akan melanjutkan kemana. Awalnya saya menginginkan untuk melanjutkan ke SMP Negeri namun orang tua saya menyarankan untuk melanjutkan ke sekolah yang berbasis agama. Akhirnya saya pun melanjutkan pendidikan ke MTs Negeri Lebaksiu. Di sekolah saya bukan termasuk siswa yang aktif dalam organisasi maupun kegiatan sekolah lainnya, saya hanya mengikuti kegiatan ekstra ketika saya kelas VII yaitu ekstra Pramuka dan PMR,  itu pun karena diwajibkan oleh sekolah untuk mengikuti beberapa kegiatan ekstra. Selain itu saya juga tergolong sebagai seorang yang pendiam, sehingga hanya teman sekelas dengan saya yang mengenal saya. Namun prestasi saya selama sekolah di MTs. Negeri Lebaksiu cukup baik, disetiap semesternya prestasi saya selalu meningkat, dari peringkat 4, 3 hingga peringkat pertama. Setelah lulus saya melanjutkan sekolah ke MAN Babakan, saya masuk dijurusan IPA. Sebelum masuk ke penjurusan, awalnya saya memilih jurusan IPS, namun wali kelas saya selalu menyarankan saya untuk masuk jurusan IPA  karena hasil tes IQ dan nilai raport saya masuk dalam jurusan IPA. Sekolah di MAN Babakan merupakan sekolah yang berbeda dengan sekolah lainnya karena di MAN Babakan antara siswa dan siswi tidak dijadikan dalam satu kelas. Pada awal-awal belajar di MAN Babakan prestasi saya masih cukup bagus, namun mulai pertengahan kelas XI hingga kelas XII prestasi saya menurun drastis, entah faktor apa yang menyebabkan saya menjadi demikian, mungkin karena faktor dalam diri saya sendiri  yang menjadi pemalas atau karena faktor luar dari lingkungan saya. Hal itu membuat saya down, namun saya tidak pernah menyerah untuk  mencoba dan terus mencoba memperbaikinya. Setelah tiga tahun saya menuntut ilmu  di MAN Babakan, tiba waktunya saya harus berpindah tempat dalam menuntut ilmu.
Lulus dari  MAN Babakan kegalauan kembali merasuk dalam hati saya, karena saya harus menentukan kemana saya akan melanjutkan kuliah, banyaknya saran dari saudara dan keluarga membuat saya semakin bingung, mulai dari Semarang, Jogjakarta, Cirebon dan juga Jakarta. Namun saya melabuhkan semua keputusan kepada kedua orang tua saya, mereka selalu menyarankan saya untuk melalanjutkan belajar ke instansi yang berbasis agama dan menyuruh saya untuk mendaftar ke UIN Jakarta dan IAIN Semarang karena beberapa pertimbangan. Akhirnya saya menuruti perintah orang tua dan mencoba mendaftar dikedua Universitas tersebut pada jurusan Pendidikan Matematika, saya memilih jurusan Pendidikan Matematika karena sejak MTs saya menyukai pelajaran Matematika. Namun dari dua jalur pendaftaran saya tidak diterima dikedua Universitas tersebut. Karena dua kali saya tidak lolos pada jurusan Pendidikan Matematika, akhirnya pada jalur tes tertulis saya merubah urutan dari tiga prodi yang saya pilih, yaitu Pendidikan Kimia, Pendidikan Agama Islam, dan Pendidikan Matematika saya meletakkannya pada urutan terakhir. Pada saat tes seleksi, ada sesuatu hal yang membuat jantung saya seakan berhenti, karena kecerobohan saya sendiri saya tidak dapat menyelesaikan semua soal. Karena kurangnya teliti, pada saat peringatan kurang 5 menit saya baru menyadari bahwa masih ada 60 soal yang belum saya buka sekali. Dari kejadian itu harapan saya menciut, dan saya pesimis tidak akan lolos seleksi. Saya pun takut hal ini akan mengecewakan kedua orang tua saya. Namun apa yang terjadi tidak seperti apa yang saya fikirkan. Karena kekuatan do’a orang tua, Alhamdulillah saya dinyatakan diterima di IAIN Walisongo Semarang di jurusan Pendidikan (Tadris) Kimia. Awalnya saya tidak pernah menduga akan masuk dalam dunia kimia, karena kimia pernah menjadi salah satu pelajaran yang saya benci karena terdapat kerumitan didalamnya. Namun perasaan itu tidaklah abadi, sesuatu hal yang saya benci sedikit demi sedikit berubah menjadi hal yang saya sukai. Pada kelas XII saya mulai menyukai kimia, dan merasa lebih mudah memplajari kimia dibanding pelajaran lainnya. Saya menyukai kimia karena banyak hal didalam kimia seperti kimia pangan, kimia kosmetik, dan lain sebagainya. Sebenarnya saya menginginkan belajar dan mendalami tentang ilmu komputer dan teknologi, seperti masuk dijurusan pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Namun apa daya, dari universitas yang direkomandasikan kedua orang tua saya tidak terdapat jurusan tersebut. Rasa kecewa pasti pernah ada, namun saya tidak menyesalinya  karena saya yakin apa yang saya dapat sekarang adalah apa yang terbaik untuk saya menurut Allah SWT.  
Kini saya telah menjadi mahasiswi semester dua di IAIN Walisongo Semarang. Dari Sekolah dasar hingga Sekolah menengah atas saya tidak pernah aktif dalam kegiatan organisasi, namun disini saya ingin merubah hal yang demikian dan mengembangkan diri dengan mengikuti organisasi-organisasi, seperti Organisasi Daerah dan Organisasi Alumni. Selama mengikuti kedua organisasi tersebut saya menjadi banyak pengalaman dan pelajaran. Dari yang awalnya tidak pernah berbicara didepan umum, dan tidak adanya keberanian untuk menyampaikan pendapat dimuka umum, di organisasi tersebut saya banyak belajar melatih untuk berbicara didepan khalayak ramai.

Penyemangat Hidupku
Orang yang paling berperan dalam hidup saya adalah keluarga dan kedua orang tua. Orang tua adalah penyemangat hidup saya yang paling utama. Merekalah yang menjadi motivasi saya dalam menghadapi kesulitan-kesulitan. Merekalah yang telah mendidik saya hingga bisa tumbuh dan menjadi seperti sekarang ini. Saya sangat menyayangi mereka dan  sebagai seorang anak tentulah saya ingin membahagiakan mereka dan tidak ingin membuat kekecewaan dihati mereka. Sejauh ini saya tidak pernah hidup berpisah dengan kedua orang tua saya, namun sejak kuliah di Semarang membuat saya harus tinggal berpisah dengan mereka. Tinggal jauh dari orang tua membuat saya menyadari bahwa hal yang paling nyaman adalah tinggal didekat mereka. Sejak kecil saya dididik sebagai seorang yang mandiri, dan gemar menabung. Pada saat di SLTA saya mempunyai keinginan untuk mendapatkan uang sendiri, karena tidak semua barang yang saya inginkan bisa langsung saya dapatkan. Akhirnya saya menjual pulsa dikelas yang Alhamdulillah berjalan dengan lancar. Dari kegemaran saya menabung saya dapat membeli barang-barang yang saya inginkan dengan uang sendiri. Seperti membeli handphone dan Laptop pun saya membeli dengan uang tabungan saya sendiri. saya cukup bangga dengan apa yang saya lakukan, karena sedikitnya saya dapat membantu orang tua dengan tidak selalu meminta kepada kedua orang tua.

Cita-Citaku
Semua orang pasti mempunyai cita-cita, begitu juga dengan saya. Sejak kecil saya mempunyai cita-cita menjadi seorang pengajar atau Guru. Tidak pernah terbesit dibenak saya untuk bekerja selain menjadi guru, seperti kerja dikantoran dan lain sebagainya. Mungkin karena saya hidup dalam lingkungan keluarga yang notabennya adalah seorang guru. Selain itu,  menurut saya profesi guru merupakan pekerjaan yang sangat mulia apalagi bagi seorang wanita. Karena bukan hanya untuk bekerja tetapi juga mengamalkan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada orang lain yang jika dilakukan dengan ikhlas insya Allah akan mendapat pahala. Ilmu-ilmu yang bermanfaat itu merupakan salah satu amalan yang pahalanya tidak akan terputus walaupun kita telah meninggal nanti. Namun cita-cita hanya akan menjadi angan-angan belaka tanpa diiringi dengan usaha dan do’a. Demi mencapai cita-cita saya selalu mencoba melakukan pendidikan dengan ikhlas, dan menghadapi cobaan-cobaan sebagai pelajaran hidup. Saya akan terus berusaha dan yakin saya pasti bisa. Saya tidak akan mencoba untuk menyerah dan tidak akan menyerah untuk mencoba.

Kesan-Kesan Kuliah PSI (Pengantar Studi Islam)
Kesan-kasan yang saya rasakan selama hampir satu semester mengikuti PSI yang diampu oleh Pak Rikza Chamami, MSI begitu mengasyikkan. Cara penyampaian materi yang tidak monoton membuat saya bersemangat dalam mengikuti kuliah, walaupun kuliah dilaksanakan pada siang hari menjelang sore, yaitu jam 14.20 yang biasanya orang-orang memanfaatkannya untuk tidur siang. Cara penyampainnya yang jelas, dan selalu mengaitkan dengan contoh-contoh pada kehidupan sehari-hari  membuat saya mudah memahami materi yang sebenarnya sulit dipahami dengan hanya membaca. Setiap pertemuan pasti ada sesuatu yang dapat dipetik dan membuat saya termotivasi untuk mempelajari tentang agama Islam lebih lanjut. Selain itu, perkuliahan pak Rikza Chamami, MSI berbeda dengan perkuliahan pada mata kuliah lainnya. Pada perkuliahan pak Rikza seluruh mahasiswanya diwajibkan untuk mempunyai akun facebook, twitter dan blogspot guna untuk memanfaatkan media internet dalam pendidikan.

Pemahaman Islam setelah mengikuti kuliah PSI (Pengantar Studi Islam)
Sejak saya mengikuti kuliah PSI (Pengantar Studi Islam) wawasan saya tentang Islam menjadi bertambah, terutama pada adanya banyak aliran-aliran dalam Islam. Sebelum mengikuti kuliah PSI saya beranggapan bahwa adanya perbedaan dan banyaknya aliran-aliran dalam agama Islam itu salah, saya hanya memihak dari aliran yang saya anut. Namun setelah mengikuti kuliah PSI saya mengetahui bahwa adanya perbedaan pendapat itu wajar. Adanya perbedaan pendapat tersebut karena adanya pemikiran manusia yang berbeda-beda. Selain adanya pemikiran yang berbeda, perbedaan pendapat tersebut juga karena studi dan cara pandang yang berbeda. Sudah seharusnya kita  saling menghargai adanya perbedaan pendapat tersebut. Pada al-Qur’an pun telah dijelaskan bahwa setelah Nabi Muhammad wafat Islam akan terpecah menjadi 72 golongan, jadi tidak heran jika sesama beragama Islam namun adanya perbedaan pendapat dan perbedaan pemikiran.

Harapan-Harapan Setelah Kuliah PSI (Pengantar Studi Islam)
Harapan-harapan saya setelah mempelajari Pengantar Studi Islam, semoga dalam agama Islam tidak adanya perpecahan dan saling mengolok-olok sesama umat beragama Islam. dan semoga ummat Islam dapat saling menghargai adanya perbedaan pendapat dan tidak menyalahkan pendapat lain yang tidak sesuai dengan pendapat dirinya sendiri.
Harapan untuk diri saya sendiri yaitu semoga saya dapat mengamalkan apa yang telah saya dapat, dan dapat mempelajari ilmu-ilmu Islam lainnya untuk memperkaya pengetahuan yang bermanfaat untuk diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar.
Dan harapan lainnya yaitu semoga Pak  Rikza Chamami, MSI tetap diberikan kesehatan sehingga dapat menyampaikan ilmu-ilmunya yang bermanfaat kepada mahasiswanya.  Terimakasih Pak Rikza Chamami, MSI ….



1 komentar: