MY LITTLE WORLD
Rabu, 28 Juni 1995 adalah hari
dimana saya dilahirkan di dunia ini. Saya lahir dari rahim seorang perempuan
yang kini aku panggil ibu. Aku lahir dari seorang ayah bernama Zubaedi dan seorang
ibu bernama Siti Munjabah. Mereka memberi saya sebuah nama yang bagus sekaligus
do’a yaitu Muhibatul Khusna yang artinya cinta kebaikan (Aamiin..). Saya sering
dipanggil Khusna, namun lebih akrab dipanggil Nana. Saya adalah anak pertama
dari dua bersaudara, saya mempunyai adik laki-laki yang cerdas bernama In’am Birrohmatillah yang lahir 12
tahun lalu pada tanggal 7 April 2002, sekarang dia duduk di kelas VI Madrasah
Ibtida’iyah Assalafiyah Timbangreja yang baru saja selesai ujian satu minggu
yang lalu. Saya hidup dan tumbuh dalam keluarga yang sederhana namun kaya akan
kebahagiaan. Ayah saya berumur 50 tahun, beliau adalah seorang penjahit
sedangkan ibu saya berumur 42 tahun yang kesehariannya mengajar di MDA
(Madrasah Diniyah Awaliyah). Saya dan keluarga saya hidup di sebuah kota yang
terkenal dengan logat bahasanya yang medok yaitu kota Tegal, tepatnya di desa
Timbangreja kecamatan Lebaksiu.
Riwayat Pendidikan
Riwayat pendidikan saya dimulai dari
bangku sekolah dasar. Saya sekolah disatu-satunya madrasah yang berada di desa
saya yaitu MI Assalafiyah Timbangreja. Setelah belajar selama 6 tahun di MI
Assalafiyah Timbangreja, pada tahun 2007 saya dinyatakan lulus dengan prestasi
yang cukup membanggakan. Kemudian saya melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi
yaitu ke jenjang menengah pertama. Disitulah saya dalam keadaan bingung untuk
menentukan akan melanjutkan kemana. Awalnya saya menginginkan untuk melanjutkan
ke SMP Negeri namun orang tua saya menyarankan untuk melanjutkan ke sekolah yang
berbasis agama. Akhirnya saya pun melanjutkan pendidikan ke MTs Negeri
Lebaksiu. Di sekolah saya bukan termasuk siswa yang aktif dalam organisasi
maupun kegiatan sekolah lainnya, saya hanya mengikuti kegiatan ekstra ketika
saya kelas VII yaitu ekstra Pramuka dan PMR,
itu pun karena diwajibkan oleh sekolah untuk mengikuti beberapa kegiatan
ekstra. Selain itu saya juga tergolong sebagai seorang yang pendiam, sehingga
hanya teman sekelas dengan saya yang mengenal saya. Namun prestasi saya selama
sekolah di MTs. Negeri Lebaksiu cukup baik, disetiap semesternya prestasi saya selalu
meningkat, dari peringkat 4, 3 hingga peringkat pertama. Setelah lulus saya
melanjutkan sekolah ke MAN Babakan, saya masuk dijurusan IPA. Sebelum masuk ke
penjurusan, awalnya saya memilih jurusan IPS, namun wali kelas saya selalu
menyarankan saya untuk masuk jurusan IPA karena hasil tes IQ dan nilai raport saya
masuk dalam jurusan IPA. Sekolah di MAN Babakan merupakan sekolah yang berbeda
dengan sekolah lainnya karena di MAN Babakan antara siswa dan siswi tidak
dijadikan dalam satu kelas. Pada awal-awal belajar di MAN Babakan prestasi saya
masih cukup bagus, namun mulai pertengahan kelas XI hingga kelas XII prestasi
saya menurun drastis, entah faktor apa yang menyebabkan saya menjadi demikian, mungkin
karena faktor dalam diri saya sendiri
yang menjadi pemalas atau karena faktor luar dari lingkungan saya. Hal
itu membuat saya down, namun saya tidak pernah menyerah untuk mencoba dan terus mencoba memperbaikinya.
Setelah tiga tahun saya menuntut ilmu di
MAN Babakan, tiba waktunya saya harus berpindah tempat dalam menuntut ilmu.
Lulus dari MAN Babakan kegalauan kembali merasuk dalam
hati saya, karena saya harus menentukan kemana saya akan melanjutkan kuliah,
banyaknya saran dari saudara dan keluarga membuat saya semakin bingung, mulai
dari Semarang, Jogjakarta, Cirebon dan juga Jakarta. Namun saya melabuhkan
semua keputusan kepada kedua orang tua saya, mereka selalu menyarankan saya untuk
melalanjutkan belajar ke instansi yang berbasis agama dan menyuruh saya untuk
mendaftar ke UIN Jakarta dan IAIN Semarang karena beberapa pertimbangan.
Akhirnya saya menuruti perintah orang tua dan mencoba mendaftar dikedua Universitas
tersebut pada jurusan Pendidikan Matematika, saya memilih jurusan Pendidikan Matematika
karena sejak MTs saya menyukai pelajaran Matematika. Namun dari dua jalur pendaftaran
saya tidak diterima dikedua Universitas tersebut. Karena dua kali saya tidak
lolos pada jurusan Pendidikan Matematika, akhirnya pada jalur tes tertulis saya
merubah urutan dari tiga prodi yang saya pilih, yaitu Pendidikan Kimia,
Pendidikan Agama Islam, dan Pendidikan Matematika saya meletakkannya pada
urutan terakhir. Pada saat tes seleksi, ada sesuatu hal yang membuat jantung
saya seakan berhenti, karena kecerobohan saya sendiri saya tidak dapat
menyelesaikan semua soal. Karena kurangnya teliti, pada saat peringatan kurang
5 menit saya baru menyadari bahwa masih ada 60 soal yang belum saya buka sekali.
Dari kejadian itu harapan saya menciut, dan saya pesimis tidak akan lolos
seleksi. Saya pun takut hal ini akan mengecewakan kedua orang tua saya. Namun
apa yang terjadi tidak seperti apa yang saya fikirkan. Karena kekuatan do’a
orang tua, Alhamdulillah saya dinyatakan diterima di IAIN Walisongo Semarang di
jurusan Pendidikan (Tadris) Kimia. Awalnya saya tidak pernah menduga akan masuk
dalam dunia kimia, karena kimia pernah menjadi salah satu pelajaran yang saya
benci karena terdapat kerumitan didalamnya. Namun perasaan itu tidaklah abadi,
sesuatu hal yang saya benci sedikit demi sedikit berubah menjadi hal yang saya
sukai. Pada kelas XII saya mulai menyukai kimia, dan merasa lebih mudah memplajari
kimia dibanding pelajaran lainnya. Saya menyukai kimia karena banyak hal
didalam kimia seperti kimia pangan, kimia kosmetik, dan lain sebagainya.
Sebenarnya saya menginginkan belajar dan mendalami tentang ilmu komputer dan
teknologi, seperti masuk dijurusan pendidikan Teknologi Informasi dan
Komunikasi. Namun apa daya, dari universitas yang direkomandasikan kedua orang
tua saya tidak terdapat jurusan tersebut. Rasa kecewa pasti pernah ada, namun
saya tidak menyesalinya karena saya
yakin apa yang saya dapat sekarang adalah apa yang terbaik untuk saya menurut
Allah SWT.
Kini saya telah menjadi mahasiswi
semester dua di IAIN Walisongo Semarang. Dari Sekolah dasar hingga Sekolah
menengah atas saya tidak pernah aktif dalam kegiatan organisasi, namun disini
saya ingin merubah hal yang demikian dan mengembangkan diri dengan mengikuti
organisasi-organisasi, seperti Organisasi Daerah dan Organisasi Alumni. Selama
mengikuti kedua organisasi tersebut saya menjadi banyak pengalaman dan
pelajaran. Dari yang awalnya tidak pernah berbicara didepan umum, dan tidak
adanya keberanian untuk menyampaikan pendapat dimuka umum, di organisasi
tersebut saya banyak belajar melatih untuk berbicara didepan khalayak ramai.
Penyemangat
Hidupku
Orang yang paling berperan dalam
hidup saya adalah keluarga dan kedua orang tua. Orang tua adalah penyemangat hidup
saya yang paling utama. Merekalah yang menjadi motivasi saya dalam menghadapi
kesulitan-kesulitan. Merekalah yang telah mendidik saya hingga bisa tumbuh dan
menjadi seperti sekarang ini. Saya sangat menyayangi mereka dan sebagai seorang anak tentulah saya ingin
membahagiakan mereka dan tidak ingin membuat kekecewaan dihati mereka. Sejauh
ini saya tidak pernah hidup berpisah dengan kedua orang tua saya, namun sejak
kuliah di Semarang membuat saya harus tinggal berpisah dengan mereka. Tinggal
jauh dari orang tua membuat saya menyadari bahwa hal yang paling nyaman adalah
tinggal didekat mereka. Sejak kecil saya dididik sebagai seorang yang mandiri, dan
gemar menabung. Pada saat di SLTA saya mempunyai keinginan untuk mendapatkan
uang sendiri, karena tidak semua barang yang saya inginkan bisa langsung saya
dapatkan. Akhirnya saya menjual pulsa dikelas yang Alhamdulillah berjalan
dengan lancar. Dari kegemaran saya menabung saya dapat membeli barang-barang
yang saya inginkan dengan uang sendiri. Seperti membeli handphone dan Laptop
pun saya membeli dengan uang tabungan saya sendiri. saya cukup bangga dengan
apa yang saya lakukan, karena sedikitnya saya dapat membantu orang tua dengan
tidak selalu meminta kepada kedua orang tua.
Cita-Citaku
Semua orang pasti mempunyai
cita-cita, begitu juga dengan saya. Sejak kecil saya mempunyai cita-cita
menjadi seorang pengajar atau Guru. Tidak pernah terbesit dibenak saya untuk
bekerja selain menjadi guru, seperti kerja dikantoran dan lain sebagainya.
Mungkin karena saya hidup dalam lingkungan keluarga yang notabennya adalah
seorang guru. Selain itu, menurut saya
profesi guru merupakan pekerjaan yang sangat mulia apalagi bagi seorang wanita.
Karena bukan hanya untuk bekerja tetapi juga mengamalkan ilmu-ilmu yang
bermanfaat kepada orang lain yang jika dilakukan dengan ikhlas insya Allah akan
mendapat pahala. Ilmu-ilmu yang bermanfaat itu merupakan salah satu amalan yang
pahalanya tidak akan terputus walaupun kita telah meninggal nanti. Namun
cita-cita hanya akan menjadi angan-angan belaka tanpa diiringi dengan usaha dan
do’a. Demi mencapai cita-cita saya selalu mencoba melakukan pendidikan dengan
ikhlas, dan menghadapi cobaan-cobaan sebagai pelajaran hidup. Saya akan terus
berusaha dan yakin saya pasti bisa. Saya tidak akan mencoba untuk menyerah dan
tidak akan menyerah untuk mencoba.
Kesan-Kesan
Kuliah PSI (Pengantar Studi Islam)
Kesan-kasan yang saya rasakan selama
hampir satu semester mengikuti PSI yang diampu oleh Pak Rikza Chamami, MSI
begitu mengasyikkan. Cara penyampaian materi yang tidak monoton membuat saya
bersemangat dalam mengikuti kuliah, walaupun kuliah dilaksanakan pada siang
hari menjelang sore, yaitu jam 14.20 yang biasanya orang-orang memanfaatkannya
untuk tidur siang. Cara penyampainnya yang jelas, dan selalu mengaitkan dengan
contoh-contoh pada kehidupan sehari-hari
membuat saya mudah memahami materi yang sebenarnya sulit dipahami dengan
hanya membaca. Setiap pertemuan pasti ada sesuatu yang dapat dipetik dan membuat
saya termotivasi untuk mempelajari tentang agama Islam lebih lanjut. Selain
itu, perkuliahan pak Rikza Chamami, MSI berbeda dengan perkuliahan pada mata
kuliah lainnya. Pada perkuliahan pak Rikza seluruh mahasiswanya diwajibkan
untuk mempunyai akun facebook, twitter dan blogspot guna untuk memanfaatkan
media internet dalam pendidikan.
Pemahaman Islam
setelah mengikuti kuliah PSI (Pengantar Studi Islam)
Sejak saya mengikuti kuliah PSI
(Pengantar Studi Islam) wawasan saya tentang Islam menjadi bertambah, terutama
pada adanya banyak aliran-aliran dalam Islam. Sebelum mengikuti kuliah PSI saya
beranggapan bahwa adanya perbedaan dan banyaknya aliran-aliran dalam agama
Islam itu salah, saya hanya memihak dari aliran yang saya anut. Namun setelah
mengikuti kuliah PSI saya mengetahui bahwa adanya perbedaan pendapat itu wajar.
Adanya perbedaan pendapat tersebut karena adanya pemikiran manusia yang berbeda-beda.
Selain adanya pemikiran yang berbeda, perbedaan pendapat tersebut juga karena
studi dan cara pandang yang berbeda. Sudah seharusnya kita saling menghargai adanya perbedaan pendapat
tersebut. Pada al-Qur’an pun telah dijelaskan bahwa setelah Nabi Muhammad wafat
Islam akan terpecah menjadi 72 golongan, jadi tidak heran jika sesama beragama
Islam namun adanya perbedaan pendapat dan perbedaan pemikiran.
Harapan-Harapan
Setelah Kuliah PSI (Pengantar Studi Islam)
Harapan-harapan saya setelah
mempelajari Pengantar Studi Islam, semoga dalam agama Islam tidak adanya
perpecahan dan saling mengolok-olok sesama umat beragama Islam. dan semoga
ummat Islam dapat saling menghargai adanya perbedaan pendapat dan tidak
menyalahkan pendapat lain yang tidak sesuai dengan pendapat dirinya sendiri.
Harapan untuk diri saya sendiri
yaitu semoga saya dapat mengamalkan apa yang telah saya dapat, dan dapat
mempelajari ilmu-ilmu Islam lainnya untuk memperkaya pengetahuan yang
bermanfaat untuk diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar.
Dan harapan lainnya yaitu semoga
Pak Rikza Chamami, MSI tetap diberikan
kesehatan sehingga dapat menyampaikan ilmu-ilmunya yang bermanfaat kepada
mahasiswanya. Terimakasih Pak Rikza
Chamami, MSI ….