I.
MAKALAH
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP STUDI ISLAM
Dipresentasikan dalam Mata Kuliah
Pengantar Study Islam
yang diampu oleh: M. Rikza Chamami, MSI
Disusun oleh :
Julian Abiyoso Firdaus (113311013)
Nurul Hidayah (123111126)
Muhamad Ayyub (133711019)
Muhibatul Khusna (133711026)
Siti Safitriyani (133711035)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
DAFTAR PUSTAKA
Satu langkah yang seyogyanya diperhatikan dalam studi bidang apapun adalah
memaami tentang apa yang dipelajari. Pemahaman ini penting artinya sebagai
kerangka acuan, orientasi dan penentuan langkah strategis. Rasanya mustahil
seseorang akan mencapai hasil studi yang maksimal jika ia sendiri tidak paham
terhadap apa yang dilakukannya.
Dalam langkah ini, memahami tentang makna kata dan istilah merupakan
langkah awal yang menentukan. Dengan memahami terhadap makna kata secara bahasa
dan istilah, akan memudahkan bagi kita untuk memperoleh gambaran mengenai apa
yang sedang kita pelajari, apa cukupnya,sebagaimana dengan studi islam itu
sendiri.
Denan latar belakang diatas, pemakalah akan membahas tentang pengertian dan
ruang lingkup studi islam secara mendalam.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Apakah pengertian Studi Islam?
B. Bagaimana ruang lingkup Sudi Islam?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Studi Islam
Kata studi Islam merupakan gabungan dari dua
kata, yaitu kata studi dan kata Islam. Kata studi memiliki berbagai pengertian. Rumusan Lester Crow dan Alice Crow menebukan bahwa studi adalah kegiatan
yang secara sengaja diusahakan dengan maksud untuk memperoleh keterangan,
mencapai pemahaman yang lebih besar, atau meningkatkan suatu ketrampilan.
Sementara Muhammad Hatta mengartikan studi
sebagai mempelajari sesuatu untuk mengerti kedudukan, mencari pengetahuan
tentang sesuatunya di dalam hubungan sebab dan akibatnya, ditinjau dari jurusan
yang tertentu dan dengan metode yang tertentu pula. [1]
Dan pengertian islam secara etimologi (ilmu asal usul kata), Islam
berasal dari bahasa arab, terambil dari kosa kata salima yang berarti selamat sentosa. Dari kata ini dibentuk menjadi
kata aslama yang berarti
memeliharakan dalam keadaan selamat, sentosa dan berarti pula berserah diri,
patuh, tunduk dan taat. Dari kata aslama
ini dibentuk kata islam (aslama,yuslimu,islaman),
yang mengandung arti selamat, aman, damai,patuh,berserah diri dan taat.[2]
Sedangkan pengertian islam menurut istilah
adalah agama yang didasarkan pada lima pilar utama, yaitu mengucapkan dua
kalimah syahadat, mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa di bulan
Ramadhan, dan melaksanakan ibadah haji bagi yang sudah mampu.[3]
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, pengertian studi
islam adalah pengetahuan yang dirumuskan dari agama islam yang dipraktekkan
dalam sejarah dan kehidupan manusia. Sedang pengetahuan agama adalah
pengetahuan yang sepenuhnya diambil dari ajaran-ajaran Allah dan rosul-Nya
secara murni tanpa dipengaruhi sejarah, seperti ajaran tentang akidah,ibadah,
membaca al-qur’an dan akhlak.[4]
B. Ruang Lingkup Study Islam
Dalam
pengertiannya, agama memiliki tiga dimensi atau ruang lingkup bahasan yang
sangat umum yaitu : [5]
1. aspek spiritual yang mana dalam artiaannya menunjukkan hubungan
antara manusia dengan tuhannya. Lebih dalamnya aspek ini berarti mewujudkan
adanya ikatan yang harus dipegang dan ditaati oleh para penganutnya, sebagai
bentuk penghambaan dan kepatuhan terhadap segala ketentuan yang telah di
gariskan oleh Allah.
2.
Aspek
horizontal
a.
hubungan antara
manusia dengan manusia yang merupakan salah satu fitrah insaniah yang dimiliki
manusia, karena manusia hidup di dunia bukan hanya sebagai manusia individual,
melainkan makhluk social.
Islam memiliki konsep dasar mengenai hubungan
ini yaitu dalam bingkai kekeluargaan, kemasyarakatan, keanekaragaman dan
lain-lain.
Konsep
ini memberikan landasan dan acuan baggi manusi untuk menjalin hubungan yang
baik dengan manusia yang lainnya sebagai wujud eksistensi kemanusiaan dan
gambaran mengenai ajaran kemasyarakatan, baik yang berbentuk nilai, moral,
etika.
b.
hubungan
manusia dengan alam semesta termasuk didalamnya hewan dan tumbuhan serta
lingkungan dimana manusia hidup. Yang mana Manusia diberikan wewenang dalam
memanfaatkan, mengelola menjaga, merawat dan bertanggung jawab terhadap ciptaan
Allah. Karena itu manusia dibekali akal sebagai satu kelebihan.[6]
Lebih
dalamnya aspek Horizontal mengacu pada keadaan sosial, mengenai bagaimana para
penganut ajaran agama menjalin relasi secara positif dan harmonis dengan
makhluk ciptaan lain.
C.
Tujuan Studi
Islam
Setelah
membahas tentang pengertian studi islam diatas, studi islam juga memiliki
tujuan yaitu untuk menunjukkan relasi islam dengan berbagai aspek kehidupan
manusia, menjelaskan spirit ( jiwa )
berupa pesan moral dan value yang
terkandung di dalam berbagai cabang studi islam, respons islam terhadap
berbagai paradigm baru dalam kehidupan sebagai akibat dari kemajuan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi serta munculnya filsafat dan ideologi baru serta
hubungan islam dengan visi, misi dan tujuan ajaran islam.[7]
D.
Pendekatan dan
Metodologi studi Islam.
1.
Pendekatan Studi Islam
Dewasa ini kehadiran agama semakin dituntut
agar ikut terlibat secara aktif di dalam memecahkan berbagai masalah yang
dihadapi umat manusia.Agama tidak boleh hanya sekedar menjadi lambing kesalehan
atau berhenti sekedar konsepsional menunjukkan cara-cara yang paling efektif
dalam memecahkan masalah.
Tuntutan terhadap agama yang demikian itu dapat dijawab manakala
pemahaman agama yang selama ini banyak menggunakan pendekatan teologis normatif
dilengkapi dengan pemahaman agama yang menggunakan pendekatan lain yang secara
operasional konseptual dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang timbul.
Berkenaan dengan hal tersebut diatas, maka kita akan mengkaji
berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam memahami agama. Adapun yang
dimaksud pendekatan di sini adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat
dalam satu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama. Dalam
hubungan ini, Jalaluddin Rahmat mengatakan bahwa agama dapat diteliti dengan
menggunakan berbagai paradigm.[8]
Untuk
lebih jelasnya berbagai pendekatan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.
a. Pendekatan Teologis Normatif
Pendekatan teologis normatif dalam memahami
agama secara harfiah dapat diartikan sebagai upaya memahami agama dengan
menggunakan kerangka Ilmu Ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa
wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar
dibandingkan dengan yang lainnya.
Dengan demikian tersebut di atas, dapt
diketahui bahwa pendekatan teologi dalam pemahaman agama adalah pendekatan yang
menekankan pada bentuk forma atau simbol-simbol keagamaan yang masing-masing
bentuk forma atau symbol-simbol keagamaan tersebut mengklaim dirinya sebagai
yang paling benar sedangkan yang lainnya sebagai salah. Aliran teologi yang satu begitu yakin dan fanatic bahwa pahamnyalah
yang paling benar sedangkan paham yang lainnya salah, sehingga memandang bahwa
paham orang lain itu keliru, sesat, kafir, murtad dan seterusnya. Demikian pula
paham yang dituduh keliru, sesat dan kafir itupun menuduh kepada lawannya
sebagai yang sesat dan kafir. Dalam keadaan demikian, maka terjadilah proses
saling mengkafirkan, salah menyalahkan dan seterusnya. Dengan demikian antara
satu aliran dan aliran lainnya tidak terbuka dialog atau saling menghargai.
Yang ada hanyalah ketutupan (eksklusifisme).Sehingga
yang terjadi adalah pemisahan.
Berkenaan dengan pendekatan teologi tersebut,
Amin Abdullah mengatakan bahwa pendekatan teologi semata-mata tidk dapat
memecahkan masalah esensial pluralitas agama saat sekarang ini.Terlebih-lebih
lagi kenyataan demikian harus ditambahkan bahwa doktrin teologi, pada dasarnya
memang tidak pernah berdiri sendiri, terlepas dari jaringan institusi atau
kelembagaan social kemasyarakatan yang mendukung keberadaannya.Kepentingan
ekonomi, sosial, politik, pertahanan selalu menyertai pemikiran teologis yang
sudah mengelompok dan mengkristal dalam satu komunitas masyarakat tertentu.
Berkenaan dengan hal di atas, maka saat ini
muncul apa yang disebut dengan istilah teologi masa kritis,yaitu suatu
usaha manusia untuk memahami penghayatan
imannya atau penghayatan agamanya,suatu penafsiran atas sumber-sumber aslinya
dan tradisinya dalam konteks permasalahan masa kini. Yaitu teologi yang
bergerak antara dua kutub, yaitu teks dan situasi masa lampau dan masa kini.Hal
yang demikian mesti ada dalam setiap agama meskipun dalam bentuk dan fungsinya
yang berbeda-beda.
Salah satu ciri dari teologi masa kini adalah
sifat kritisnya.Sifat kritis ini ditujukan pertama-tama pada agamanya sendiri. Telogi sebagai kritik agama berarti antara lain mengumgkapkan
berbagai kecenderungan dalam institusi agama yang menghambat panggilannya,
menyelamatkan manusia dan kemanusiaan.
Teologi kritis bersifat kritis pula terhadap lingkungannya.Hal ini
hanya dapat terjadi jika agama terbuka terhadap ilmu-ilmu social dan
memanfaatkan ilmu tersebut bagi pengembangan teologinya.Dengan demikian teologi
ini bukan hanya berhenti pada pemahaman mengenai ajaran agama, tetapi mendorong
terjadinya transpormasi social.Maka beberapa kalangan menyebut teologi
kepedulian social itu teologi transformatif.[9]
b. Pendekatan Antropologis
Pendekatan antropologis dalam memahami agama
dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat
wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui
penekatan ini agama nampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi
manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya.Antropologi dalam
kaitan ini sebagaimana dikatakan Dawam Rahardjo, lebih mengutamakan pengamatan
langsung, bahkan sifatnya partisipatif.[10]
Dalam berbagai penelitian antropologi agama dapat ditemukan adanya
hubungan positif antara keparcayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik.
Golongan masyarakat yang kurang mampu dan golongan miskin pada umumnya, lebih
tertarik kepada gerakan-gerakan keagamaan yang bersifat mesianis,
yang menjanjikan perubahan tatanan social kemasyarakatan. Sedangkan
golongan orang kaya lebih cenderung mempertahankan tatanan masyarakat yang
sudah mapan secara ekonomi lantaran tatanan itu menguntungkan pihaknya.
Melalui pendekatan antropologis, kita melihat
bahwa agama ternyata berkorelasi dengan etos kerja dan perkembangan ekonomi
suatu masyarakat.Selanjutnya melalui pendekatan antropologis ini, kita dapat
melihat agama dalam hubungannya dengan mekanisme pengorganisasian juga tidak
kalah menarik untuk diketahui oleh para peneliti sosial keagamaan.Melalui
pendekatan antropologis fenomenologis ini kita juga dapat melihat hubungan antara
agama dan negara.Selain itu pendekatan antropologis juga dapat ditemukan agama
dengan psikoterapi.Pendekatan antropologis juga memiliki hubungan agama dengan
berbagai masalah kehidupan manusia, dan dengan itu pula agama terlihat akrab
dan fungsional dengan berbagai fenomena kehidupan manusia.
Pendekatan anropologis seperti itu diperlukan,
sebab banyak hal yang membicarakan agama yang hanya bias dijelaskan dengan
tuntas dengan pendekatan antropologis. Pendekatan
antropologis sangat dibutuhkan dalam memahami ajaran agama, karena dalam ajaran
agama tersebut terdapat uraian dan informasi yang dapat dijelaskan lewat
bantuan ilmu antropologi dengan cabang-cabangnya.
c. Pendekatan Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam
masyarakat, dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai
hidupnya itu. Sosiologi mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara
terbentuk dan tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu serta
pula kepercayaannya, keyakinan yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup
bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia.[11]
Sementara itu Soerjono Soekanto mengartikan sosiologis sebagai
suatu ilmu pengetahuan yang membatasi diri terhadap persoalan penilaian.
Sosiologi tidak menetapkan ke arah mana sesuatu seharusnya berkembang dalam
arti memberi petunjuk-petunjuk yang menyangkut kebijaksanaan, kemasyarakatan
dari proses kehidupan bersama tersebut.[12]
Sehingga dari dua definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang menggambarkan tentang
keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala
sosial lainnya yang saling berkaitan.Sosiologi dapat digunakan sebagai salah
satu pendekatan dalam memahami agama.
Pentingnya pendekatan sosiologi dalam memahami
agama sebagaimana disebutkan di atas, dapat dipahami, karena banyak sekali
ajaran agama yang berkaitan dengan masalah social.Besarnya perhatian agama
terhadap masalah social ini selanjutnya mendorong kaum agama memahami ilmu-ilmu
social sebagai alat untuk memahami agamanya.
d. Pendekatan Filosofis
Secara harfiah kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta kepada kebenaran, ilmu dan hikmah. Selain
itu filsafat dapat pula berarti mencari
hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat serta berusaha
menafsirkanpengalaman-pengalaman manusia.
Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa
filsafat pada intinya berupaya menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai
sesuatu yang berada dibalik obyek formanya.Filsafat mencari sesuatu yang mendasar,
asas dan inti yang terdapat dibalik yang bersifat lahiriah.Kegiatan berpikir
untuk menemukan hakikat itu dilakukan secara mendalam.Louis O. Kattsof
mengatakan, bahwa kegiatan kefilsafatan ialah merenung.Tetapi merenung bukanlah
melamun, juga bukan berpikir secara kebetulan yang bersifat untung-untungan,
melainkan dilakukan secara mendalam.
Berpikir secra filosofis tersebut selanjutnya dapat digunakan dalam
memahami ajaran agama, dengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran
agama dapat dimengerti Dan dipahami secara seksama.
Pentingnya pendekatan filosofis ini, maka kita
menjumpai bahwa filsafat telah digunakan untuk memahami berbagai bidang lainnya
selain agama.Kita misalnya membaca filsafat hokum Islam, filsafat sejarah,
filsafat kebudayaan, filsafat ekonomi, dan lain sebagainya.
Melalui pendekatan filosofis ini, seseorang tidak akan terjebak
pada pengalaman agama yang bersifat formalistik, yakni mengamalkan agama dengan
susah payahtapi tidak memiliki makna apa-apa, kosong tanpa arti. Yang mereka
dapatkan dari pengalaman agama tersebut hanyalah pengakuan formalistik,
misalnya sudah haji,sudah menunaikan rukun Islam yang kelima dan berhenti
sampai di situ. Mereka tidak dapat merasakan nilai-nilai spiritual yang
terkandung di dalamnya.
Namun demikian, pendekatan filosofis ini tidak
berarti menyepelekan bentuk pengalaman agama yang bersifat formal.Filsafat
mempelajari segi batin yang bersifat esoterik, sedangkan bentuk (forma)
memfokuskan segi lahiriah yang bersifat eksoterik.
Islam sebagai agama yang banyak menyuruh penganutnya mempergunakan
akal pikiran sudah dapat dipastikan sangat memerlukan pendekatan filosofis
dalam memahami ajaran agamanya.Namun demikian pendekatan seperti ini masih
belum diterima secara merata terutama oleh kaum tradisionalis formalistis yang
cenderung memahami agam terbatas pada ketepatan melaksanakan aturan-aturan
formalistic dari pengalaman agama.[13]
e. Pendekatan Historis
Sejarah atau Historis adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas
berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, obyek, latar
belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut. Menurut ilmu ini segala peristiwa
dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa ini terjadi, di mana, apa sebabnya
siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut.
Melalui pendekatan sejarah seorang diajak menukik dari alam idealis
kea lam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini seorang akan
melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam
idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis.
Pendekatan sejarah ini amat dibutuhkan dalam
memahami agama, karena agama itu sendiri turun dalam situasi Yang konkret
bahkan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan.Dalam hubungan ini
Kuntowijoyo telah melakukan studi yang mendalam terhadap agama yang dalam hal
ini Islam, menurut pendekatan sejarah. Ketika ia mempelajari al-Qur’an, ia
sampai pada suatu kesimpulan bahwa pada dasarnya kandungan al-Qur’an itu
terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama,berisi konsep-konsep, dan bagian
yang kedua berisi kisah-kisah sejarah
dan perumpamaan.
Melalui pendekatan sejarah ini seseorangdiajak
untuk memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu
peristiwa.dari sini maka seseorang tidak akan memahami agama keluar dari
konteks memahaminya, karena pemahaman demikian itu akan menyesatkan orang yang
memahaminya.[14]
f. Pendekatan Kebudayaan
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin
manusia seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat, dan kegiatan (usaha)
batin (akal dan sebagainya) untuk menciptakan sesuatu yang termasuk hasil
kebudayaan. Sementara itu Sutan Takdir Alisyahbana mengatakan bahwa kebudayaan
adalah keseluruhan yang kompleks, yang terjadi dari unsur-unsur yang berbeda
seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat dan segala
kecakapan lain, yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan
demikian kebudayaan adalah hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan
mengerahkan segenap potensi batin yang dimilikinya.[15]
g. Pendekatan Psikologi
Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa
seseorang melalui gejala perilaku yang dapat diamatinya. Menurut Zakiah
Daradjat,[16]
bahwa perilaku seseorang yang Nampak lahiriyah terjadi karena dipengaruhi oleh
keyakinan yang dianutnya. Seseorang ketika berjumpa saling mengucapkan salam,
hormat pada kedua orang tua, kepada guru, menutup aurat, rela berkorban untuk
kebenaran dan sebagainya adalah merupakan gejala-gejala keagamaan yang dapat
dijelaskan melalui ilmu jiwa agama. Ilmu jiwa agama sebagaimana dikemukakan
Zakiah Daradjat tidak akan mempersoalkan benar tidaknya suatu agama yang dianut
seseorang, melainkan yang dipentingkan adalah bagaimana keyakinan agama
tersebut terlihat pengaruhya dalam perilaku penganutnya.
Dalam ajaran agama banyak kita jumpai
istilah-istilah yangbmenggambarkan sikap batin seseorang.Misalnya sikap beriman
dan bertakwa kepada Allah, sebagai orang yang sleh, orang yang berbuat baik,
orang yang sadil (jujur) dan sebagainya.Semua itu adalah gejala-gejala kejiwaan
yang berkaitan dengan agama.
Dengan ilmu jiwa ini seseorang selain akan
mengetahui tingkat keagamaan yang dihayati, dipahami, dan diamalkan seseorang, juga
dapat digunakan sebagai alat untuk memasukkan agama ke dalam jiwa seseorang
sesuai dengan tingkatan usianya. Dengan
ilmu ini agama akan menemukan cara yang tepat dan cocok untuk menanamkannya.
Kita misalnya dapat mengetahui pengaruh dari
salat, puasa, zakat, haji dan ibadah lainnya dengan melalui Ilmu Jiwa.Dengan
pengetahuan ini, maka dapat disusun langkah-langkah baru yang lebih efisienlagi
dalam menanamkan ajaran agama.Itulah sebabnya ilmu jiwa ini banyak digunakan
sebagai alat untuk menjelaskan gejala atau sikap keagamaan seseorang.
Dari uraian diatas kita melihat ternyata agama dapat dipahami
melalui berbagai pendekatan. Dengan pendekatan itu semua orang akan sampai pada
agama. Seorang teolog, sosiolog, antropolog, sejarawan, ahli ilmu jiwa dan budayawan
akan sampai pada pemahaman agama yang benar. Di sini kita melihat bahwa agama
bukan hanya monopoli kalangan teolog dan normative belaka, melainkan agama
dapat dipahami semua orang sesuai dengan pendekatan dan kesanggupan yang
dimilikinya. Dari keadaan demikian seseorang akan memiliki kepuasan dari agama,
karena seluruh persoalan hidupnya mendapat bimbingan dari agama.
2. Metodologi Studi Islam.
Metode pembelajaran merupakan instrumen
penting dalam proses pembelajaran yang memiliki nilai teoritis dan praktis.
Metode pembelajaran sekaligus juga menjadi variabel penting dalam proses
pembelajaran yang mempengaruhi hasil pembelajaran.
a) Metode Ceramah
Metode ceramah atau disebut juga dengan metode mauidzah
khasanah merupakan metode pembelajaran yang sangat populer di kalangan para
pendidik agama Islam. Metode ini menekankan pada pemberian dan penyampaian
informasi kepada anak didik. Dalam pelaksanaannya, pendidik bisa menyampaikan
materi agama dengan cara persuasif, memberikan motivasi, baik berupa kisah teladan
atau memberikan metafora (amtsal) sehingga peserta didik dapat mencerna dengan
mudah apa yang disampaikan.
Metode ceramah juga disebut metode
memberitahukan atau lectured menthod karena banyak dipergunakan di
perguruan tinggi. Sebenarnya bukan hanya memberitahukan, yakni menyampaikan
sejumlah keterangan atau fakta-fakta, tetapi dengan ceramah dimaksud juga untuk
menjelaskan atau menguraikan kepada peserta didik mengenai suatu masalah, topik
atau pertanyaan (Simanjutak, 1986).
Dalam metode ini, guru memberikan uraian atau penjelasan
kepada sejumlah peserta didik pada waktu dan tempat tertentu. Dilaksanakan
dengan bahasa lisan untuk memberikan pengertian terhadap suatu masalah. Di
dalam dunia kampus, cara seperti ini sering juga disebut dengan metode kuliah.
Metode ini
tidak dipungkiri sudah lama digunakan para pengajar, baik di sekolah maupun di
perguruan tinggi. Sebagai sebuah metode, metode ceramah mempunyai berbagai
kelebihan di samping juga kelebihan. Diantara sisi positif metode ini adalah
sangat cocok untuk menjelaskan persoalan-persoalan yang tidak mungkin
disampaikan dengan metode yang lain.
Sebagai contoh, Dalam
persoalan ketauhidan. Penggunaan meode ceramah untuk materi tauhid, adalah
sangat tepat. Sebab didalam materi tauhid ada beberapa materi yang sulit
diperagakan dan sulit didiskusikan, seperti makna tauhid, iman atau keesaan
Allah dan sifat –sifat Allah yang lain. Metode ini dapat digunakan untuk
menjelaskan persoalan tersebut sampai pada tingkatyang paling detail. Dalam
konteks inilah maka seorang guru akan memberikan urairan menurut caranya masing
masing dengan tujuan anak didik dapat memahami dan mengetahui apa yang
disampaikan oleh guru.
Simanjuntak (1986) mencoba
merangkum beberapa kelebihan metode ceramah sebagai berikut:
1) Metode ceramah baik digunakan untuk
menyampaikan materi yang sulit disampaikan dengan cara lain, seperti
menjelaskan makna ayat-ayat Al Quran dan Hadist, persoalan keimanan, juga
sejarah islam.
2) Metode ceramah baik untuk memotivasi anak
didik dalam mengembangkan minat, hasrat, antusiasme, emosi dan apresiasi
terhadap suatu pelajaran.
3) Memberikan keterangan-keterangan pada siswa
dalam membantu memecahkan masalah, jika siswa-siswi menghadapi
kesulitan-kesulitan.
Derajat (2001) menyatakan bahwa ada beberapa kelemahan dari metode ceramah
ini. Kelemahan-kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Menjadikan perhatian yang hanya terpusat pada guru. Akibatnya guru
dianggap anak didik sebagai sosok yang paling benar. Disini tampak bahwa guru
lebih aktif dari pada anak didik.
b. Secara tidak disadari ada ungsur pemaksaan dari guru. Karna guru
aktif berbicara sedang anak didik hanya pasif mendengar dan melihat apa yang
dibicarakan guru, akibatnya anak didik hanya bisa mengikuti alur pemikiran guru
yang terkadang tidak sejalan dengan alur pemikiran mereka.
Untuk menunjang
agar metode ini dapat berjalan dengan baik daan berdaya guna, ada baiknya guru
memperhatikan langkah-langkah berikut ini:
1) Ceramah harus dibuat garis-garis besarnya dan dipikirkan baik-baik
apa yang akan disampaikan.
2) Sedapat mungkin disampaikan bahan ilustrasi berupa bagan, gambar,
atau diagram.
3) Memulai ceramah dengan mengemukakan suatu masalah atau pertanyaan.
4) Mengusahakan agar siswa tetap dalam suasana problematik, yakni
sikap yang dapat membangkitkan sikap ingin tau siswa tentang bagaimana
menyelesaikan persoalan yang dihadapi.
5) Memperhatikan kecepatan berbicara,
guru hendaknya dapat mengukur kecepatan bicara yang disesuaikan dengan
tingkat kesukaran materi. Akan lebih baik jika guru memberikan kesempatan
kepada para siswa untuk membuat catatan-catatan.
6) Menyelidiki apakah anak didik memahami atau tidak penjelasan guru.
7) sambil bicara hendaknya memandangi wajah siswa. Nada suara lebih
baik seperti bercakap-cakap dalam situasi yang tidak formal.
8) Sekali-kali berhenti dan menunggu reaksi dari siswa. Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
9) Memberi outline sebelum pelajaran dimulai.
10) Tunjukkan rasa humor, gunakan contoh-contoh dengan bahasa yang
menarik. Jangan merasa cepat tersinggung bila ada anak didik yang berbisik-bisik
atau agak ribut.
11) Memerhatikan waktu.
12) Memberikan anak didik latihan untuk memberi catatan.
13) Pada akhir pelajaran bersifat evaluasi.
Apabila guru telah berusaha menjalankan berbagai langkah di atas,
selanjutnya hal penting lainnya yang
harus diperhatikan guru dalam menjalankan meode ceramah ini adalah kemampuan
bersikap dan membawa diri di dalam kelas. Metode
ceramah menuntut syara-syarat tertentu dari guru. Suara yang baik, enak
didengar dan jelas. Guru yang mengalami gangguan berbicara disarankan tidak
menggunakan metode ceramah.
b)
Metode Tanya
Jawab
Metode Tanya
jawab merupakan suatu metode pembelajaran yang menekan pada cara penyampaian
materi pembelajaran oleh guru dengan jalan mengajukan pertanyaan dan peserta
didik memberikan jawaban.[17]
Metode ini dimaksudkan untuk meninjau pelajaran yang lalu agar peserta didik
memusatkan lagi perhatiannya tentang sejumlah kemajuan yang telah dicapai
sehingga dapat melanjutkan pada pelajaran selanjutnya. Metode ini dapat
merangsang perhatian anak didik, dapat digunakan sebagai persepsi, selingan,
dan evaluasi.
Secara umum metode Tanya jawab ini berguna untuk mencapai banyak
tujuan, antara lain sebagai berikut :[18]
a.
Mengetahui
penguasaan siswa terhadap pengetahuan siswa.
b.
Menguatkan
pengetahuan pada pelajaran.
c.
Memotivasi
sisawa untuk berbuat, menunjukkan kebenaran, dan membengkitkan semangat untuk
maju.
c)
Metode diskusi
Metode diskusi
merupan kegiatan tukar menukar informasi, pendapat dan unsure-unsur pengalaman
secara teratur.[19]
Menurut Gulo metode diskusi merupakan metode pembelajaran yang tepat untuk
meningkatkan kualitas interaksi antara peserta didik.
Metode diskusi pada dasarnya menekan partisipasi dan interaksi
semua anggota kelompok dalam kegiatan diskusi. Dalam pembelajaran pendidikan
agama Islam, metode ini sangat membantu anak didik untuk dapat mengetahui lebih
banyak tentang islam dan dapat saling memahami tentang perbedaan.
IV.
KESIMPULAN
pengertian studi islam adalah
pengetahuan yang dirumuskan dari agama islam yang dipraktekkan dalam sejarah
dan kehidupan manusia. Sedang pengetahuan agama adalah pengetahuan yang
sepenuhnya diambil dari ajaran-ajaran Allah dan rosul-Nya secara murni tanpa
dipengaruhi sejarah, seperti ajaran tentang akidah,ibadah, membaca al-qur’an
dan akhlak.
studi islam juga memiliki tujuan
yaitu untuk menunjukkan relasi islam dengan berbagai aspek kehidupan manusia,
menjelaskan spirit ( jiwa ) berupa
pesan moral dan value yang terkandung
di dalam berbagai cabang studi islam, respons islam terhadap berbagai paradigm
baru dalam kehidupan sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi serta munculnya filsafat dan ideologi baru serta hubungan islam
dengan visi, misi dan tujuan ajaran islam.
Jalaluddin
Rahmat mengatakan bahwa agama dapat diteliti dengan menggunakan berbagai
paradigma antara lain:
a. Pendekatan Teologis Normatif
b. Pendekatan Antropologis
c. Pendekatan Sosiologis
d. Pendekatan Filosofis
e. Pendekatan Historis
f. Pendekatan Kebudayaan
g. Pendekatan Psikologi
Metodologi dalam
Studi Islam antara lain:
a. Metode Ceramah
b. Metode Tanya Jawab
c. Metode Diskusi
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami
presentasikan, apabila ada kesalahan penulis mohon maaf. Kritik dan saran
sangat dibutuhkan penulis untuk pembangun penulis menjadikan lebih baik. Sifat
sempurna hanyalah milik Allah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
terima kasih sangat membantu.
BalasHapusbagus kali pengetahuan nyaaaa terima kasih.......
BalasHapusizin copas mbak
BalasHapusmakasih
BalasHapusSemoga Bermanfaat ...
BalasHapus